Jumat, 09 Oktober 2015

Guru-guru Kecilku

Selama ini kita selalu belajar dengan orangorang yang sudah mengecap asam garam kehidupan. Sering kali menganggap yang lebih kecil, lebih muda, lebih sedikit tahunya. Meremehkan mereka yang bagi kita kurang pengalaman, sepertinya bukan hal yang baru. Mungkin tak hanya sekali dua kali kita meremehkan mereka, tapi hampir tiap saat.

Hingga usiaku yang seharusnya sudah menimang anak, memang Allah belum karuniakan padaku. Tapi aku punya banyak kesempatan berdekatan dengan anak-anak pintar yang terkadang membuat mengelus dada. Tanpa kusadari, mereka adalah guru yang sangat berharga.

Aura Naila Zulfa. Gadis kecil yang lahir saat aku masih berseragam putih abu-abu. Si kecil yang mengajarkan bagaimana merawat anak, mengurus dan menemani bermain yang ternyata tak mudah. Si kecil yang ceria. Padanya aku belajar banyak tentang dunia anak. Memang tak banyak, tapi cukup berharga untukku. Kini dia sudah SD dan pintar sekali. Pemberani, tidak cengeng, dan insya Allah sholihah.

Rainameera. Si tomboy yang pecicilan. Berbeda dengan Aura dengan kalemnya, si mungil satu ini benar-benar menguras energi. Anak kinestetik yang akan sangat bosan dengan hal-hal yang monoton. Kesukaannya naik ke sana ke mari, pergi dari rumah, benar-benar mengharuskan selalu melihatnya. Lengah sedikit, bisa jadi dia meghilang entah ke mana. Cerdas, cukup sekali melihat sudah paham. Padamu aku belajar kesabaran dan ketelatenan. Benar-benar harus sabar dengan kelincahan dan kepandaian yang luar biasa.

Wafa Nurul Khonsa. Bukan keponakan, hanya seorang anak dari kawan di kos. Gadis kecil yang sangat ceria ini terkadang membuat malu ammah-ammah di kos. Kadang berjalan menuju dapur sambil mendendangkan lagu-lagu yang diajarkan di TPA dekat kos. Tak jarang yang keluar dari mulutnya lantunan Al-Mulk, Al-Fatihah, dan beberapa surat pendek. Si sholihah yang malu mengenakan pakaian yang kurang tertutup, ketika diajak pergi langsung menyambar jilbab. Dirawat dengan cinta dan tauhid yang kental.

Mereka guru-guru kecilku. Memang secara fisik masih mungil, usia masih balita saat mengajariku berbagai macam hal. Tapi rasanya lebih berharga dari kuliah beberapa semester. Pantaslah bila banyak ibu memilih fokus pada anaknya, karena sungguh banyak yang bisa dipelajari dari mereka. Kepolosan dan kesucian mereka, tak jarang menelanjangi pikiran kita yang sudah terlalu ruwet. Mereka calon-calon penerus yang harus dijaga, tapi tidak dikekang dengan keinginan orang dewasa.

I love them so much :*

Rabu, 23 September 2015

Pobia Darah

Sejak kecil aku mencintai pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan kesehatan. Melihat kesukaanku itu, ibu ingin anak perempuan bontotnya ini jadi dokter. Segala buku tentang kesehatan disodorkan dan aku dengan sangat senang hati membacanya. Guru biologi masa SMA pun berharap banyak aku menjadi dokter. Setiap praktikum yang berhubungan dengan kesehatan, aku didahulukan. Maafkan aku ya, Ibu dan Bu Guru yang berharap banyak. Toh kenyataannya aku menolak masuk ke jurusan bergengsi itu hanya demi menghindari ketakutanku pada darah.

Entah sejak kapan, aku memang pusing dengan bau darah. Dengan alasan itu, aku paling anti memakan hati hewan apapun. Bau darah! Pernah suatu pagi di kos, waktu sedang dapat jatah memasak dengan seorang kawan, sebuah insiden terjadi. Saat itu kami ingin memasak sarden. Saat membukanya, tak sengaja tangan kawanku itu terkena pinggiran yang tajam dan cuurrr ... darah mengucur di depan mata. Yang kesakitan baik-baik aja, sedangkan aku langsung lemas, pusing dan mual. Alhasil tak ada sebutirpun nasi yang masuk saat itu.

Saat aku melanjutkan studi di UGM, aku memilih konsentrasi gizi. Kegilaanku dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan masih ingin kulanjutkan. Toh tidak berhubungan langsung dengan manusia, karena gizi eksperimen memang menggunakan hewan coba. Saat itu kami praktikum menggunakan tikus yang telah diinduksi suatu obat sehingga menjadi diabetes. Pada awal dan akhir praktikum, ada pengambilan darah tikus melalui vena di mata. Mata mereka ditusuk lalu diambil darahnya. Dicek kadar glukosa dalam darah. Sudah bisa dipastikan aku pusing, lemas dan mual. Seharian aku tak nafsu makan.

Kemarin (22/9/2015), aku sedikit bermain debus di area freezer di lantai 4 gedung utama FTP UGM. Aku ingin melubangi sampel yang akan dikering bekukan. Tanpa sengaja gunting yang kugunakan untuk melubangi mengiris jariku. Perih, tentu. Tapi yang kupikir bukan perihnya, terbayang darah yang akan menetes saja sudah membuatku mual. Benar saja, ketika keluar dari freezer darah di tangan mengucur sangat deras. Kuambil apapun di tas yang bisa menutup jari supaya darah tak menetes ke lntai lalu lari dari lantai 4 ke kantin di lantai 1, mencari hansaplas waktu itu.

Darahku mengucur terus dari jam 9 hingga jam 12. Dengan kondisi aku sedang mendapat tamu bulanan, darah mengucur plus mungkin anemia sedang menyerang, rasa lemas bertubi-tubi menghantam. Dengan saran menjauhkan yang terluka dari jantung, mencari es batu, dan entah apa lagi sudah kulakukan tapi darah tetap mengucur. Hingga akhirnya aku diantarkan ke GMC untuk menghentikan pendarahan.

Sebenarnya sakitnya tak seberapa. Aku kuat saja menahannya. Tapi aroma darah dan penampakan darah mengucur deras terus menghantuiku. Jadilah pusing mual sepanjang hari yang membuatku tak bisa melakukan apa-apa. Well, sekarang lukanya sudah membaik, tinggal menunggu membuka perban dua hari lagi.

NB: nulis ini pun perjuangan buatku. Mual plus pusing melanda cuma dengan membayangkan darah. Kayanya pobia darahku cukup parah >_<

Senin, 21 September 2015

Asam Lemak Jenuh, Amankah?



Selama ini yang kita pahami, asam lemak jenuh seperti yang terdapat dalam minyak kelapa merupakan jenis lemak yang jahat karena bisa menaikkan kadar kolesterol jahat atau LDL (Low Density Lipoprotein). Yang digembar-gemborkan selama ini, asam lemak dengan ikatan ganda atau asam lemak tak jenuh lebih aman dan lebih sehat. Dengan konsumsi asam lemak tak jenuh maka akan meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL (High Density Lipoprotein) dan menekan naikknya LDL.

Setelah bertahun-tahun dipercaya oleh masyarakat luas, bahkan diajarkan di berbagai universitas, namun fakta terbaru mengatakan bahwa asam lemak jenuh aman dikonsumsi. Penelitian terdahulu menggunakan sampel manusia yang hidup di daerah non pengkonsumsi asam lemak jenuh dengan tujuan meningkatkan nilai penjualan asam-asam lemak tak jenuh seperti minyak kedelai atau minyak biji bunga matahari. Ternyata penelitian yang dilakukan di daerah pengkonsumsi minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh, tidak terlihat adanya peyakit yang diakibatkan oleh kolesterol.

Asam lemak jenuh lebih aman dikonsumsi mengingat tidak mudah berbau tengik dan berubah formasi. Adanya ikatan rangkap dalam asam lemak tak jenuh mengakibatkan mudah terjadinya perubahan formasi kimiawi dan mengalami ketengikan. Aroma tengik merupakan tanda minyak telah teroksidasi. Oksidasi terjadi akibat asam lemak terpapar cahaya, panas, atau kontak dengan oksigen lalu akan mengasilkan ROS (reaktive oxygen species) yang berbahaya bagi tubuh.

Perubahan formasi kimiawi pada asam lemak tak jenuh kini sangat dihindari. Karena ternyata perubahan formasi asam lemak tak jenuh, terutama asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), dari cis ke trans dapat meningkatkan LDL dengan signifikan dengan tanpa adanya kenaikan HDL. Perubahan cis ke trans dapat terjadi karena adanya proses hidrogenasi untuk pemadatan minyak pada margarin. Formasi yang seharusnya bengkok berubah menjadi lurus dan tidak dikenali oleh tubuh, maka dianggap sebagai zat asing.

Asam lemak tak jenuh tidak mudah teroksidasi karena tidak mudah memotong asam ikatan-ikatan kimiawinya. Setelah diteliti, asam lemak tak jenuh memang menaikkan LDL. Namun bila dibandingkan dengan minyak trans, kenaikkan LDL jauh lebih sedikit. Bila dengan mengkonsumsi minyak trans tidak akan ada kenaikan HDL, maka konsumsi asam lemak tak jenuh masih ada kenaikan HDL. Sehingga mengkonsumsi minyak dengan kandungan asam lemak tak jenuh masih bisa dikatakan aman.

Ternyata saat ini kolesterol pun dibebaskan dari berbagai tuduhan sebagai agen pembawa penyakit. Di Amerika Serikat saat ini mengatakan bahwa tubuh masih membutuhkan kolesterol. Kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi hormon, vitamin D, asam empedu, dan sangat dibutuhkan oleh membran sel manusia. Dengan tidak adanya kolesterol dalam tubuh, maka produksi hormon, vitamin D dan asam empedu dapat terganggu. Asam empedu diperlukan dalam penyerapan berbagai vitamin. Dapat dibayangkan apabila dalam tubuh tidak terdapat kolesterol, maka akan terjadi ketidak seimbangan. Namun tentu tidak dengan mengkonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik.


*disarikan dari Seminar PATPI Jogja, Agustus 2015 oleh Prof. Dr. Sri Raharjo

Senin, 07 September 2015

Kematian

Pagi ini, kosku sedikit "berguncang". Seorang anak dari seorang pedagang seblak ceker sekaligus seorang pengajar di TPA di dekat kosku. Sang anak masih kecil, mungkin belum satu tahun. Sejatinya aku tak seberapa mengenal mengingat aku jarang ada di kos.

Aku tertegun sesaat. Si adek masih kecil, masih suci dari dosa. Kematian menghampirinya di usia yang sangat belia. Apalah bila diriku tiba-tiba dipanggil? Dia masih suci dari dosa, sedangkan aku bergelimang lumpur dosa. Mungkin bila seluruh dosa terlihat, maka badanku sudah tertumpuk lumpur dengan bau menyengat. 

Aku belajar tentang kematian hari ini. Kematian tidak harus menunggu tua renta, tak menunggu sakit dan dalam suasana terhimpit. Sesuatu yang sering dilupakan kehadirannya, dianggap tak ada, namun sejatinya sebuah taqdir yang nyata. Sudah siapkah aku bila kematian menghampiriku tiba-tiba?

Selasa, 14 Juli 2015

Salome, Makanan Enak dari Kota Minyak

Dulu waktu masih sekolah, gak afdol kalau pulang sekolah nggak beli panganan bulat dari kanji dan sedikit tepung dengan saos kacang dan kecap. Panganan biasa sih, tapi enak banget di lidah. Salome, itu nama panganan yang bener-bener bikin kangen.

Hasil gambar untuk salome makanan
Salome (foto dari google)

Hampir setiap di depan sekolah di Balikpapan, ada penjual penganan ini. Mereka menggunakan motor dengan modifikasi bagian belakang joknya. Kadang ada yang benar-benar menggunakan gerobak. Ada yang menjual beserta tahu, ada yang hanya pentol saja. Biasanya panganan ini dikukus, tapi ada juga yang digoreng (aku lebih suka salome goreng, lebih mak nyusss).

Tak terasa sudah 7 tahun lulus SMA, hampir 7 tahun juga tak mampir ke kota minyak. Selama itu aku menempuh pendidikan di Jawa dan tentunya tidak menemukan salome. Tiba-tiba, malam ini kakak ipar bawa sebungkus salome lengkap sama bumbunya. Nyam nyam :D

Lupakan sejenak segala pelajaran tentang keamanan pangan. Lupakan sejenak kemungkinan BTP alias bahan tambahan pangan yang berlebih di salome yang terhidang. Yang penting sekarang dimakan, nikmati, dan habiskan! Akui saja kalau salome itu makanan terenak dari Kota Minyak :D

Minggu, 05 Juli 2015

Membangun Peradaban dengan Ilmu dan Adab

Resume Tabligh Akbar Membangun Peradaban Qur’ani
@Masjid Kampus UGM
18 Ramadhan 1436 H / 5 Juli 2015

~Ust. Adian Husaini~

Peradaban Islam biasanya mengacu pada puncak peradaban, yaitu generasi Sahabat Rasulullah salallahu’alihi wassalam. Bila umat muslim saat ini ingin membangun peradaban Islam, maka harus mencontoh Madinah pada masa Rasulullah salallahu’alihi wassalam. Pada saat itu umat Islam berada pada kondisi terbaik, baik dari bidang pendidikan, ekonomi, hukum, dan sosial bermasyarakat. Yang perlu diperhatikan adalah pendidikan. Bangsa Arab sebelum Islam turun, bukan bangsa penulis. Bagi bangsa Arab masa itu, orang yang menulis bukanlah orang yang pandai. Mereka terbiasa menghafalkan. Saat itu belum ada universitas, memiliki keterbatasan alat tulis, namun para sahabat terpacu untuk menulis terutama Al-Qur’an dan Hadist.

Rasulullah salallahu’alihi wassalam merupakan pemimpin pertama di dunia yang membangun negara dengan konstitusi tertulis, yaitu Piagam Madinah yang masih bisa dibaca hingga saat ini. Bangsa-bangsa besar saat itu belum mengenal penulisan konstitusi. Rasulullah salallahu’alihi wassalam memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk belajar Bahasa Ibrani dan diselesaikan hanya dalam kurun waktu delapan hari. Sungguh visioner, disaat seperti itu memerintahkan untuk belajar bahasa asing.

Rasulullah salallahu’alihi wassalam mengubah Bangsa Arab yang berakhlak buruk menjadi baik. Bangsa yang sangat gemar minum arak, begitu sebuah ayat turun tentang larangan minum arak, maka semua arak dibuang. Bangsa Arab dulu sering telanjang bila mengitari ka’bah. Tapi ketika ayat tentang perintah berhijab, mereka mengambil apapun yang dapat menutup auratnya.

Peradaban dibentuk untuk membuat manusia-manusia menjadi bermartabat, beradab. Negara yang maju adalah negara yang baik akhlaknya, sehingga keberkahan akan dikucurkan oleh Allah. Maka saat itu, Madinah merupakan negara yang sangat maju karena mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih beradab.

Jika dilihat dari sisi science and technology, maka puncak peradaban Islam ada pada masa kekhalifahan Turki Ustmani. Para ilmuwan Islam menemukan berbagai ilmu dan teknologi. Hingga pada saat itu terjadi Mozerabic, budaya yang kearab-araban. Semua orang yang berjubah dan bersorban tebal dianggap sebagai orang pandai karena mirip orang Arab. Seperti saat ini semua orang kebarat-baratan karena yang menguasai saat ini adalah dunia barat.  

Beradaban dibangun berdasarkan akhlak dan akhlak berlandas agama. Maka untuk membangun sebuah peradaban, yang pertama diajarkan adalah sholat dan quran. Bukan matematika, fisika, kimia.

Cara membangun peradaban adalah dimulai dengan ilmu. Pada saat ini ada penyakit dalam pencarian ilmu, yaitu penyakit sekolahisme. Mencari ilmu diidentikkan dengan sekolah. Kalau tidak sekolah tidak mendapat ilmu. Selesai sekolah, selesai pula proses pencarian ilmu. Padahal pencarian ilmu tidak akan berhenti hingga kelak telah mati dan semangat mencari ilmu adalah tonggak pembangunan peradaban.

Budaya ilmu dalam Islam berbeda dengan budaya ilmu yang lain, karena mengantarkan manusia kepada keyakinan pada Allah azza wa jalla. Bila setelah menuntut ilmu kita menjadi bingung, semakin tinggi ilmu dan semakin bingung, maka bisa dipastikan terjadi kesalahan dalam proses pencarian ilmu. Karena kebenaran datangnya dari Allah, jangan sampai ragu.

Allah berfirman dalam Alquran surah At Tahrim  ayat 6 “jagalah dirimu dan kelargamu dari api neraka”. Makna dari ayat ini adalah jadikanah keluargamu beradab dan berilmu untuk menjaga dari api neraka. Porsi adab adalan 2/3 agama. Adab adalah kemampuan seseorang untuk memahami segala sesuatu sesuai aturan Allah, meletakkan segala sesuatu dengan tepat. Maka sebagaian dari budaya adalah adab.

Bagi orang tua, wajib mendidik anak untuk beradab. Saat ini banyak anak yang tidak beradab pada orang tuanya. Namun bila ternyata orang tuanya yang tidak beradab, maka mereka harus dilatih terlebih dahulu sebelum mengajari anaknya. Bila berilmu tinggi namun tidak beradab, maka yang timbul adalah kekacauan.

Para ulama bersepakat bahwa saat ini Islam kehilangan adab. Islam loss of adab, loss of disscipline, mind, body, and soul. Pada zaman Rasulullah, tidak hanya adab, kedisiplinan, pikiran dan jiwa saja yang dilatih. Tubuh pun dilatih sehingga dapat mengalahkan orang-orang kafir. Maka kembalikan pendidikan adab, pendidikan pikiran, tubuh dan jiwa dari setiap muslim untuk bisa membangun peradaban qur’ani

Sabtu, 04 Juli 2015

Bangun Peradaban dari Rumah

Resume dialog kebangkitan @Maskam UGM

Bila kita mengingat kata kebangitan, pasti yang pertama kita bayangkan adalah revolusi industri di Inggris sekitar abad ke-16. Pada saat itu, memulai bangkitnya Eropa dari bangsa yang tidak berperadaban menjadi cerlang cemerlang. Ternyata, kebangkitan Eropa didasari adanya semangat keagamaan, yang berawal dari kebangkitan protestan atas katolik.

Sebelum itu, umat Islam telah mengalami kejayaan yang gemilang namun tidak diberitakan. Dihilangkan dari sejarah dan dikatakan sebagai masa kelam. Teknologi, materi, telah berkembang pesat. Hingga saat terjadinya Perang Salib, umat Islam diperangi dan dibunuh dengan keji namun seruan jihad ditolak oleh mereka sendiri, saat itulah teknologi-teknologi dibawa ke Eropa.

Dari cerita di atas, maka kita tarik garis bahwa suatu peradaban dapat bangkit apabila memiliki ruh keagamaan yang memiliki orientasi akhirat. Apabila ada keinginan untuk menggapai akhirat, maka peradaban akan mengikutinya. Namun tentu tak hanya ruh keagamaan yang dibutuhkan, namun juga daya dukung material yang berarti ekonominya harus baik, terutama dari para pengusaha. Setelah kedua hal tersebut dimiliki, maka suatu bangsa akan meniptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membentuk suatu peradaban.

Bila suatu bangsa ingin bangkit dari keterpurukan, maka ada tiga unsur yang harus diperhatikan:
1.       Manusia
Manusia dari bangsa yang ingin bangkit haruslah manusia-manusia yang sehat, yang memiliki orientasi pada cita-cita dan ideologi. Bila manusia-manusia dalam suatu masyarakat mempertimbangkan penokohan, maka mereka sakit. Dan masyarakat akan mati apabila manusia yang hidup di dalamnya berorientasi pada materi. Bila diperhatikan, keruntuhan suatu peradaban selalu dimulai dengan adanya penokohan terhadap satu sosok yang menonjol, lalu mendewakan materi. Begitu pula yang terjadi pada saat keruntuhan Islam.
2.       Tanah/materi
Peradaban membutuhkan materi yang tidak sedikit. Peradaban Islam bisa berkembang karena turun pada sebuah bangsa yang senang berdagang, berwirausaha. Dengan berdagang/ berwirausaha, materi yang didapatkan akan menyokong lahirnya sebuah peradaban.
3.       Waktu
Kebangkitan seringkali membutuhkan waktu yang cukup panjang, tidak didapatkan secara instan.

Kebangkitan umat Islam dimulai dengan kebangkitan muslimah (tapi para lelaki muslim juga harus bangkit untuk penyelaras). Jangan lupakan bahwa seorang muslimah adalah madrasah pertama bagi anak-anak, yang kelak akan meneruskan perjuangan dakwah. Jadikan seluruh aktivitas kehidupan dalam rangka membangkitkan umat sesuai yang Allah takdirkan. Muslimah menjadi tonggak kebangkitan karena biasanya pada lelaki telah disibukkan dan dilelahkan dengan urusan pencarian nafkah. Maka jadikanlah pilar-pilar kebangkitan berasal dari rumah.

Seperti yang telah kita pahami bahwa perempuan afdolnya berada di rumah, menjadi madrasah bagi anak-anaknya. Sedangkan lelaki menjadi kepala madrasah, yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Umumnya yang terjadi pada perempuan berpendidikan tinggi, lebih memilih berkarir di luar rumah, mendidik anak orang bukan anaknya sendiri. Sang anak dititipkan kepada orang lain yang memiliki pendidikan lebih rendah.

Untuk menjadi muslimah yang ikut membangun peradaban, maka diperlukan seorang imam yang kuat. Seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi tentang peradaban. Memulai perubahan dari diri sendiri dan keluarganya.

Jadilah seorang muslimah yang berakhlak baik, yang menghargai diri sendiri dan profesional. Anak akan mencontoh orang-orang terdekatnya. Jangan sampai anak mencontoh hal-hal buruk dari diri ibunya, karena ibu adalah sosok terdekat bagi anak.

Problema masa kini adalah anak-anak tidak dibiarkan memilih ketika kecil. Hingga lulus kuliah masih belum menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri. Belum menemukan dirinya ingin seperti apa. Orang yang belum selesai dengan diri sendiri maka tidak akan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan membebani, dan akan memacetkan perkembangan peradaban.

Biarkan anak memilih sendiri apa yang diinginkan. Berikan beberapa pilihan pada mereka. Dengan terbiasa memilih sejak kecil, mereka akan terlatih untuk menjadi leader. Manusia yang akan membangun peradaban adalah mereka yang terbiasa memilih dalam hidupya. Because leader is one who choose the way, knows the way and goes the way. Jangan menjadi orangtua yang merasa paling tahu, tapi jadilah fasilitator keinginan anak.

Mendidik suatu generasi untuk menghasilkan peradaban yang maju bukan dimulai ketika telah lulus kuliah, melainkan sejak di dalam kandungan. Sudah terlambat bila mendidik ketika sudah lulus kuliah. Namun, bila saat ini kita terlambat, maka putuskan rantai keterlambatan tersebut. Lahirkan generasi-generasi baru yang lebih berkualitas dari diri kita. Tega dan keras pada diri sendiri dan anak, maka lingkungan akan menjadi lunak


BERUBAH ATAU KALAH!!!

Jogja, 5 Juli 2014

Bangun Peradaban dari Rumah

Resume dialog kebangkitan @Maskam UGM

Bila kita mengingat kata kebangitan, pasti yang pertama kita bayangkan adalah revolusi industri di Inggris sekitar abad ke-16. Pada saat itu, memulai bangkitnya Eropa dari bangsa yang tidak berperadaban menjadi cerlang cemerlang. Ternyata, kebangkitan Eropa didasari adanya semangat keagamaan, yang berawal dari kebangkitan protestan atas katolik.

Sebelum itu, umat Islam telah mengalami kejayaan yang gemilang namun tidak diberitakan. Dihilangkan dari sejarah dan dikatakan sebagai masa kelam. Teknologi, materi, telah berkembang pesat. Hingga saat terjadinya Perang Salib, umat Islam diperangi dan dibunuh dengan keji namun seruan jihad ditolak oleh mereka sendiri, saat itulah teknologi-teknologi dibawa ke Eropa.

Dari cerita di atas, maka kita tarik garis bahwa suatu peradaban dapat bangkit apabila memiliki ruh keagamaan yang memiliki orientasi akhirat. Apabila ada keinginan untuk menggapai akhirat, maka peradaban akan mengikutinya. Namun tentu tak hanya ruh keagamaan yang dibutuhkan, namun juga daya dukung material yang berarti ekonominya harus baik, terutama dari para pengusaha. Setelah kedua hal tersebut dimiliki, maka suatu bangsa akan meniptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membentuk suatu peradaban.

Bila suatu bangsa ingin bangkit dari keterpurukan, maka ada tiga unsur yang harus diperhatikan:
1.       Manusia
Manusia dari bangsa yang ingin bangkit haruslah manusia-manusia yang sehat, yang memiliki orientasi pada cita-cita dan ideologi. Bila manusia-manusia dalam suatu masyarakat mempertimbangkan penokohan, maka mereka sakit. Dan masyarakat akan mati apabila manusia yang hidup di dalamnya berorientasi pada materi. Bila diperhatikan, keruntuhan suatu peradaban selalu dimulai dengan adanya penokohan terhadap satu sosok yang menonjol, lalu mendewakan materi. Begitu pula yang terjadi pada saat keruntuhan Islam.
2.       Tanah/materi
Peradaban membutuhkan materi yang tidak sedikit. Peradaban Islam bisa berkembang karena turun pada sebuah bangsa yang senang berdagang, berwirausaha. Dengan berdagang/ berwirausaha, materi yang didapatkan akan menyokong lahirnya sebuah peradaban.
3.       Waktu
Kebangkitan seringkali membutuhkan waktu yang cukup panjang, tidak didapatkan secara instan.

Kebangkitan umat Islam dimulai dengan kebangkitan muslimah (tapi para lelaki muslim juga harus bangkit untuk penyelaras). Jangan lupakan bahwa seorang muslimah adalah madrasah pertama bagi anak-anak, yang kelak akan meneruskan perjuangan dakwah. Jadikan seluruh aktivitas kehidupan dalam rangka membangkitkan umat sesuai yang Allah takdirkan. Muslimah menjadi tonggak kebangkitan karena biasanya pada lelaki telah disibukkan dan dilelahkan dengan urusan pencarian nafkah. Maka jadikanlah pilar-pilar kebangkitan berasal dari rumah.

Seperti yang telah kita pahami bahwa perempuan afdolnya berada di rumah, menjadi madrasah bagi anak-anaknya. Sedangkan lelaki menjadi kepala madrasah, yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Umumnya yang terjadi pada perempuan berpendidikan tinggi, lebih memilih berkarir di luar rumah, mendidik anak orang bukan anaknya sendiri. Sang anak dititipkan kepada orang lain yang memiliki pendidikan lebih rendah.

Untuk menjadi muslimah yang ikut membangun peradaban, maka diperlukan seorang imam yang kuat. Seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi tentang peradaban. Memulai perubahan dari diri sendiri dan keluarganya.

Jadilah seorang muslimah yang berakhlak baik, yang menghargai diri sendiri dan profesional. Anak akan mencontoh orang-orang terdekatnya. Jangan sampai anak mencontoh hal-hal buruk dari diri ibunya, karena ibu adalah sosok terdekat bagi anak.

Problema masa kini adalah anak-anak tidak dibiarkan memilih ketika kecil. Hingga lulus kuliah masih belum menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri. Belum menemukan dirinya ingin seperti apa. Orang yang belum selesai dengan diri sendiri maka tidak akan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan membebani, dan akan memacetkan perkembangan peradaban.

Biarkan anak memilih sendiri apa yang diinginkan. Berikan beberapa pilihan pada mereka. Dengan terbiasa memilih sejak kecil, mereka akan terlatih untuk menjadi leader. Manusia yang akan membangun peradaban adalah mereka yang terbiasa memilih dalam hidupya. Because leader is one who choose the way, knows the way and goes the way. Jangan menjadi orangtua yang merasa paling tahu, tapi jadilah fasilitator keinginan anak.

Mendidik suatu generasi untuk menghasilkan peradaban yang maju bukan dimulai ketika telah lulus kuliah, melainkan sejak di dalam kandungan. Sudah terlambat bila mendidik ketika sudah lulus kuliah. Namun, bila saat ini kita terlambat, maka putuskan rantai keterlambatan tersebut. Lahirkan generasi-generasi baru yang lebih berkualitas dari diri kita. Tega dan keras pada diri sendiri dan anak, maka lingkungan akan menjadi lunak


BERUBAH ATAU KALAH!!!

Jogja, 5 Juli 2014

Berlatih Memanah

Kita sudah mengenal bahwa ada tiga olahraga yang disunahkan oleh Rasulullah salallahu’alaihi wasallam, yaiutu renang memanah, dan berkuda. Untuk renang, mungkin sudah bukan ‘barang’ baru. Saat ini pun, bayi-bayi dibawah 3 bulan, diajak berenang dengan ban melingkar di kepala atau yang lebih dikenal sebagai baby spa . Bagi penderita asma sepertiku, renang merupakan salah satu terapi yang sangat dianjurkan oleh dokter. Tapi bagaimana dengan memanah dan berkuda?

Sejak aku menginjakkan kaki di Jogja yang penuh dengan ilmu, aku sangat berharap adanya kelas memanah. Berapa bulan yang lalu sempat ada kelas memanah dengan harga yang cukup fantastik menurutku, 200 ribu per pertemuan. Saat itu aku keder. Kok larang tenan, pikirku.

Menjelang Ramadhan, ada tersiar kabar pembukaan kelas memanah dari klub memanah dari sebuah universitas negeri di Jogja. Karena tak ingin tertinggal lagi, kali ini aku segera mendaftar. Apalagi harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Kapan lagi bisa belajar dengan harga terjangkau kalau tidak di Jogja? Hehe

Sebenarnya kali ini pertemuan kedua, tapi aku baru datang pertama kali. Waktu datang pun sudah telat karena bingung mencari tempatnya. Aku mulai dari awal, tentu. Dari pemanasan dengan mengunakan potongan ban, hingga menggunakan bow dan arrow.

Waktu pertama pemanasan dengan potongan ban, rasanya mudah sekali. Tiga jari tangan kanan memegang ban yang nantinya akan memegang tali busur. Sedang yang kiri memegang busurnya. Setelah latihan pakai yang asli, wuiiihhh ... berat, Saudara! Pertama pakai yang ukuran 24, entah ukuran apa itu. Tapi berat! Asli!

Pertama memanah, jarak tiga meter. Berat, tapi masih bisa menjangkau titik tengah. Begitu dijauhkan, beberapa kali lepas. Fokus mulai kacau. Benarlah untuk berlatih fokus itu tak mudah, apalagi bila menggapai yang jauh. Hihihi


Olahraga yang tidak membutuhkan keringat, tapi terasa lebih lelah karena menggunakan pikiran. Olahraga yang mengajarkan untuk bisa lebih fokus pada tujuan. Sebagaimana kita telah mencita-citakan berbagai tujuan hidup, namun sering gagal fokus untuk meraihnya. Maka dengan panahan ini, aku ingin melatih diriku untuk tetap fokus, meraih JANNAH.

Jumat, 03 Juli 2015

Sepenggal Ramadhan di Jogja

Bulan Ramadhan kali ini terasa berbeda untukku. Inilah Ramadhan pertama aku memasuki masjid-masjid untuk mengikuti berbagai kajian. Terima kasih untuk seorang kakak dengan targetannya yang membuatku tersiksa. Tersiksa yang menyenangkan karena memaksaku masuk ke surga :)

Ramadhan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya membuatku memutar kembali segala memori dalam hidupku. Mulai dari sulitnya solat lima waktu, mulai belajar solat lima waktu walau sudah sangat terlambat (semoga Allah mengampuniku), ketakutan tidak bisa mengunjungi Baitullah karena sakitku, hingga keinginanku lebih dekat dengan Allah dan dipertemukan dengan kos yang indah ini.

Ramadhan di Jogja memang terasa sekali perbedaannya. Ilmu bertebaran, tinggal pilih saja yang mana yang mau kita petik. Broadcast info kajian yang sangat panjang mengabarkan ada kajian apa, siapa yang mengisi dan di mana untuk esok hari. Terkadang saking banyaknya jadi bingung mau ke mana. Hehehe :p

Ramadhan ini aku mendatangi tiga masjid untuk menghabiskan sisa waktu puasa. Masjid Nurul Islam yang hanya selemparan batu dari kosku. Bertemu dengan adek-adek lucu nan menggemaskan bersama orang tua mereka. Pernah juga bertemu seorang mbak yang asyik membuat topi bayi yang cantik dari benang rajut berwarna merah muda (jadi pengen belajar ngerajut. hehe).

Di masjid ini aku disodorkan kengerian di Palestina, penderitaan saudara-saudara muslim Rohingya. Betapa beruntungnya di Indoesia sekaligus betapa kurang bersyukurnya aku selama ini. Apa yang bisa kukatakan pada Allah kelak bila dibandingkan dengan mereka?

Di Nurul Islam, aku juga mendengarkan dongeng dari Kak Ari Air yang sangat memukau. Dongeng yang sangat hidup, yang membuat imajinasi anak-anak bisa mengikutinya. Seru sekali!

Saat sahur di kosku ditiadakan, aku mulai keluar dari zona nyaman. Pergilah aku ke Masjid Kampus (Maskam). Pesonanya tetap tidak terkira. Keindahan arsitektur dan pencahayaan di malam hari membuat nyaman. Tapi sayang, toiletnya terlalu jauh, jadi cukuplah sekali aku ke sana. Susah cyin!

Masjid Nurul Ashri adalah masjid ketiga yang kudatangi. Seperti namanya, masjid berwarna hijau ini sangat asri. Ada kolam dengan ikan koi yang berenang-renang di halaman belakang yang menambah keasrian.

Saat aku keluar dari zona nyaman inilah aku merasa tertampar. Ada seorang nenek dengan langkah tertatih menuju masjid terdekat, yang kebetulan kulewati. Nenek ini sudah membungkuk seperti sedang rukuk, namun masih berjalan ke masjid. Apa kabar yang masih muda ? plak!

Sesungguhnya yang masih muda yang harus memakmurkan masjid. Allah menyukai pemuda yang memakmurkan masjid. Lha kamu masih muda apa sudah tua? plak!

Kejarlah Akhirat, Dunia Kau Dapat

Lagi-lagi masih cerita selama Ramadhan. Kali ini kajian menjelang berbuka dengan seorang Artis yang membintangi sinetron Gerhana pada awal tahun 2000-an. Teteh Peggy Melati Sukma di Masjid Nurul Ashri, Deresan.

Beliau yang dulu, terkenal dengan slogan pusiiiinnngggg... kini telah menjadi seorang muslimah yang rapat menutup auratnya. Dulu sering roadshow untuk memperkenalkan dunia hiburan, kini roadshow untuk mengenalkan akhirat. Berbeda sangat jauh, tapi itulah beliau saat ini.

Saya memang tidak merekam maupun mencatat saat itu. Tulisan ini dari apa yang saya ingat. Bila ada yang benar, datangnya dari Allah, dan bila salah, datangnya dari diri saya sendiri.

Teteh Peggy mengajak kami, para muslimah yang duduk di dalam ruang utama masjid berwarna hijau nan teduh, untuk mengejar akhirat. Beliau meminta untuk mencari akhirat. Karena ketika akhirat bisa kita kejar, maka dunia akan mengikuti. Sebaliknya, bila dunia yang dikejar, akhirat bisa bubar.

Apa yang bisa kita kejar untuk akhirat? Tentunya ibadah-ibadah yang Allah dan Rasulullah ajarkan. Solat, mengaji, menghafal Alquran, puasa, sedekah. Kejarlah hal-hal tersebut, terutama di bulan yang penuh keberkahan ini. Saat pahala dilipat gandakan, saat pintu surga dibuka lebar, saat doa diijabah.

Lalu dunia seperti apa yang kita bisa dapatkan? Mungkin bukan gemerlap para artis yang akan kita dapatkan. Bukan gemerlap dunia yang melenakan yang kita peroleh. Tapi berbagai kemudahan, ketenangan hidup, kecukupan harta dan tidak menutup kemungkinan kekayaan.

Tapi untuk mengejar akhirat, tentu tidak mudah. Ada anekdot, bila mudah, hadiahnya piring cantik, bukan surga :)

Saat kita mengejar akhirat, kita akan ditemukan berbagai masalah. Diuji dan terus diuji. Ujian yang akan memantaskan kita untuk mendapatkan hadiah terindah.

Ujian bagi orang yang beriman pasti ditunggu-tunggu. Karena pada saat diuji, Allah sedang membuat kita untuk mengingat-Nya. Allah suka bila kita sering berdoa, memohon dan bermunajat. Jadi bersyukurlah bila kita diuji. Jangan bertanya kenapa kita yang diuji :D

Ujian bukan hanya kesedihan semata. Kebahagiaan, kekayaan, persahabatan pun termasuk ujian. Allah ingin tahu, kita menjauhkah atau mendekat setelah diberikan ujian tersebut. Bila kita mendekat, kita lulus dan naik tingkat. Bila menjauh, siap-siap ujian yang sama akan datang lagi.

Jogja, 17 Ramadhan 1463 H

Gelisah Sang Syeih

Masih tentang Syeih dari Gaza. Beliau mengutarakan kesedihannya pada kami muslimah di negeri tercinta. Kami yang terlihat bertakwa, menutup aurat saat memasuki masjid. Tertutup sempurna seluruh tubuh, tanpa meninggalkan secuil aurat yang bisa tampak. Tapi ketika selesai, maka dibuka kembali. Dilepaskan pakaian takwa dan kembali seksi.

Duhai, kita seperti kembali pada zaman dahulu, kata syeih. Wajar bila zaman Nabi Adam dan Hawa pertama turun tidak mengenakan pakaian yang sempurna karena keterbatasan bahan, alat dan pengetahuan. Tapi setelah Rasulullah salallahu’alaihi wassalam diutus Allah, telah diperintahkan untuk menutupkan seluruh tubuh dengan pakaian takwa. Bila kini kita menggunakan pakaian yang terbuka, modern atau justru mundur jauh ke belakang?

Teringat tulisan beberapa tahun lalu ketika aku terdiam melihat kawan-kawan yang berhijab saat keseharian, lalu melepaskannya saat ada agenda tertentu. Antara sedih, perih dan tamparan pada diri sendiri. Kemana kami yang katanya berdakwah? Kemana kami yang katanya menyeru kebenaran?

Kebenaran, dakwah, bisa jadi tidak sampai karena kita yang berdiam. Mungkin kurang dalam mengajak. Mungkin kurang dalam menyeru. Lalu apa yang harus dilaporkan kelak di yaumil akhir? Malulah aku >_<

Sepenggal Ramadhan Bersama Syeih dari Gaza

Sejak Ramadhan tahun ini (1436 Hijriyah), sudah dua kali aku mendatangi kajian yang diisi oleh syeih dari Palestina. Syeih muda, tampan, dan pintar yang berasal dari daerah konflik, Gaza. Jangan tanyakan padaku bagaimana beliau bisa keluar dari daerah itu dan mengisi kajian di Jogja, sebab aku pun belum mendapatkan jawabannya.

Kajian pertama saat tanggal 1 Ramadhan 1436 H yang bertepatan tanggal 18 Juni 2014 M, di Masjid Nurul Islam yang terletak di Jalan Kaliurang Km 5,6. Masjid yang hanya selempar batu dari kosku, mengundang beliau dan tim ACT (aksi cepat tanggap). Saat itu, sang syeih menceritakan kondisi di Tanah Para Nabi. Masjid di bom tapi mereka masih semangat untuk berangkat dan memakmurkannya. Sekolah diratakan, listrik tiada tapi mereka tetap semangat untuk belajar. Solat dijaga oleh para serdadu Zionis Israel. Masjid yang suci, yang di situ Rasulullah naik menuju sidratul muntaha, diinjak-injak tanpa sopan. Warga pers dibunuh meskipun mereka menggemborkan kebebasan pers. Tapi mereka tetap menjunjung tinggi harga diri. Mereka yang kesulitan mengatakan bahwa bantuan ke Palestina sudah cukup, silakan berikan kepada Muslim yang lain. Masya Allah, meleleh air mata mendengar semua cerita beliau.

Mereka berjuang, sebenar-benarnya berjuang. Bila mereka mati, mereka syahid karena mempertahankan tanah airnya. Mereka memiliki nilai yang berbeda di mata Allah. Maka berkacalah diri ini, apa yang bisa kukatakan pada Allah tentang usia yang telah kuhabiskan? Malulah aku. Belajar tidak segiat mereka, ke masjid masih suka berat padahal tidak sedang dalam kondisi perang dengan segala sesuatu masih cenderung aman :’(

Kajian kedua Jumat, 16 Ramadhan 1436 H yang bertepatan tanggal 3 Juli 2014. Di hari, bulan, dan tempat yang baik, kami kembali bertemu. Kali ini di Masjid Nurul Ashri, Deresan. Beliau kali ini tidak menceritakan tentang Palestina, tapi mengkaji tentang takwa.

Diawal pertemuan, beliau bertanya tentang tujuan dan luaran puasa ramadhan. Apa hanya untuk mendapat azab, karena dilarang makan minum selama sebulan –bagi mereka yang tidak paham- dianggap sebagai hukuman. Ataukah ada sebuah tujuan yang mulia? Ternyata puasa sebulan penuh saat ramadhan justru menyehatkan dan Allah ingin meningkatkan ketakwaan hambanya.

Lalu definisi takwa sendiri, apa hanya melakukan perintah dan meninggalkan larangan Allah seperti yang dipelajari saat masih kecil? Ternyata tidak. Takwa tak hanya melakukan perintah dan meninggalkan larangan Allah, melainkan membangun benteng yang kokoh terhadap maksiat. Merasa bahwa kita selalu dilihat, diawasi oleh Allah, Sang Pencipta Semesta.

Takwa merupakan pintu kehidupan dunia dan akhirat. Barangsiapa yang bertakwa pada Allah, maka akan diberikan jalan keluar dari segala kesulidan dan diberi rezeki yang tak diduga. Dalam melakukan apapun, termasuk belajar (karena kami rata-rata adalah mahasiswa), libatkan Allah. Andalkan dan bersandar pada Allah, jangan hanya pada kemampuan dan otak sendiri. Nantinya akan ada kesombongan dan merasa  tak membutuhkan Allah, Naudzubillah.

Syeih yang memberikan nasehat-nasehatnya dalam Bahasa Arab, kembali berkata bahwa hidup kita merupakan perjalanan yang tidak lama. Sebuah kepastian kita yang masih bernyawa untuk menyusul yang telah terbaring di kuburan. Untuk sebuah perjalanan yang panjang menuju akhirat, kita perlu mempersiapkan bekal. Bekal itu adalah takwa.

Takwa merupakan pakaian terbaik yang dipakai manusia. Pakaian berharga mahal, bertabur emas dan berlian, bukan pakaian yang terbaik, tapi takwalah yang terbaik. Namun takwa hanya ada di dalam hati. Hanya masing-masing individu yang mengetahui seberapa bertakwanya kita. Maka jangan senang bila dipuji, jangan pula sedih bila diperolok. Karena tak ada yang lebih tahu tentang ketakwaan kita selain diri kita sendiri.

Pentingnya Takwa dan Akibat Orang yang Tidak Bertakwa

Pada saat di yaumil akhir (hari akhir/ hari kiamat), akan datang manusia yang ketika hidupnya di dunia terlihat memiliki banyak kebaikan, tapi ternyata masuk neraka. Mereka adalah orang yang bila dilihat orang akan melakukan kebaikan, pada saat sendiri dia lupa (riya’). Ketaatan yang dilakukan tidak diiringi dengan keikhlasan. Ikhlas tanpa pamrih, yang hanya untuk Allah, Allah, dan Allah.

Ketakwaan tidak berbatas waktu dan tempat. Lakukanlah di setiap waktu, di semua tempat. Jangan pula melakukan apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah pada zaman dahulu. Lakukanlah, realisasikan. Tak hanya pada saat Ramadhan, tak hanya ketika dilihat orang, tak hanya saat ada di dalam masjid. Lakukanlah seolah Allah ada dan memperhatikan setiap gerak gerikmu.

Jogja, 17 Ramadhan 1436 H

Minggu, 28 Juni 2015

Cita-Cita

Kalau ada yang bertanya, "Apa cita-citamu?" kamu akan menjawab apa? Jadi dokter? Jadi guru? Tentara? segala profesi yang pernah kita cita-citakan sejak kecil, pernah kita ucapkan. Bahkan tak hanya diucapkan, sempat digantung setinggi-tingginya. Sampai-sampai tak tergapai. hehehe :p

Semua itu adalah cita-cita dunia, yang pernah kita impikan meskipun tak semuanya tercapai. Tapi pernahkah kita mencita-citakan perkara akhirat kelak? Pernahkah mencita-citakan masuk surga melalui satu pintu dari sekian banyak pintu yang tersedia? Mungkin ada yang menjawab iya dan ada yang tidak.

Sebuah kajian pagi hari di sekitar dua kampus negeri di Jogja belakangan ini membuatku berpikir., pernahkah aku mencita-citakan surga? Pernahkah aku menggantungkan cita-cita setinggi surga?

Memasuki surga memang pasti diharapkan. Siapa sih yang kuat dengan api neraka kalau siang terik saja ngeluhnya di mana-mana. Mengeluh neraka bocor lah, atau keluhan lain. Padahal panasnya siang yang terik belum ada apa-apanya dengan panasnya neraka. Hayo, siapa yang kuat?

Tapi kalau mau masuk surga, amalan apa yang sudah dilakukan? Solat masih bolong, ngaji kalau inget (banyak amnesianya sih :p ), hafalan quran? Huiiihhh Jauuuuhhhh.....

Nah, mumpung lagi momennya ramadhan nih, yuk lah kita perbaiki amalan. Siapa tahu kelak bisa masuk surga. Sekarang ini, yang penting dicita-citakan dulu, diharapkan dulu, sambil mencob menggapainya. Semoga tergapai cita-cita kita 
Aamiin

Sabtu, 14 Februari 2015

Petai

Apa yang kamu pikirkan bila mendengar kata petai alias Parkia speciosa? Hijau, panjang, dan pasti BAU NAGA yang aduhai? Yayaya, memang makanan satu ini aromanya indah sekali. hihihi

Beberapa orang di Indonesia, terutama daerah Jawa (karena aku ada di Jawa sih), suka makan petai ini. Kadang digoreng, dicampur dengan sambal, direbus, bahkan dilalap mentah! Euh!!! Gimana baunya tuh???

Aku bukan salah seorang penggemar petai. Kata orang tua sih duluuuu waktu masih kecil suka banget sama si hijau bau ini. Tapi beranjak besar, aku tak pernah sekalipun makan petai. Jadi jangan tanyakan rasanya padaku yaa...

Tapi yang aneh, aku mau meneliti tentang petai yang masih keluarga legum-leguman ini. Waktu berburu ke pasar, penjualnya sampai bingung ngelihat kita (aku dan kawan-kawan) memborong berikat-ikat petai. Mereka semakin bingung waktu kami bilang untuk diteliti. Hei, kurang kerjaan banget gak sih???

EIts, gak cuma pedagang di pasar yang bingung. Keluargaku pun gak percaya aku mau meneliti petai untuk tesisku nanti. Seperti pedagang bilang, kurang kerjaan! Tapi kayanya memang peneliti tu kurang kerjaan deh. Jadilah yang tidak dilirik, tidak disentuh orang pun dijadikan kerjaan. hahaha

Sepekan membaca jurnal tentang petai, ternyata si hijau bau naga ini punya kandungan antioksidan yang cukup tinggi. Selain itu juga bisa berfungsi sebagai antihipertensif alias menurunkan tekanan darah. Mungkin petai juga bisa menurunkan resiko penyakit jantung, penyakit pembuluh darah dan penyakit lainnya. Tapi petai tetaplah petai yang aromanya indah sekali, Makruh untuk memakannya apalagi ketika mau berkumpul dengan orang lain.

Eh ngomong-ngomong soal aroma, petai juga bisa memberikan rasa sedap pada masakan lho! Kalau gak percaya, coba makan sambal goreng hati yang diberi dan tidak diberi petai. Rasanya lebih enak yang diberi petai lho! Kalau ini aku mengakui, sebagai bumbu aku suka, tapi tetap tidak dimakan. hehehe

Yayaya, serba serbi petai yang dianggap kampungan dan gak penting ini harus menemaniku hingga akhir masa kuliahku. Semoga bisa bermanfaat dan tetap tidak doyan petai. hahahaha

Sepekan di Annida


Sepekan sudah aku pindah ke sebuah kos dengan nuansa sangat islami. Solat berjamaah 5x sehari, setelah subuh, magrib dan isya tilawah bersama, kumpul bersama, indahnya penjagaan Islam di tempat ini. Betapa kalau mengingat nikmat Islam dan Iman sunguh mahal. Bila kita membelinya, kita mendapatkan surga. Bila kita menjualnya, maka kita telah mengadaikan kenikmatan surga dengan sesuatu yang fana. Sungguh kenikmatan surga tidak dapat ditandingi dengan apapun di dunia.

Demi sebuah surga, terkadang perlu melepaskan kenikmatan dunia. Tapi jangan karena mengejar surga jadi melupakan dunia. Jangan pula karena dunia melupakan surga. Hal ini membuatku ingin mendapatkan suatu tempat dengan nuansa Islami yang tidak melupakan surga, namun dunia pun tidak dilupa. Di sini, semua berstatus mahasiswi dari segala jurusan di UGM, tempat aku menempuh ilmu saat ini. Kami mengejar ilmu dunia di kampus, berlelah-lelah membaca jurnal dan mengikuti berbagai seminar dan pelatihan. Namun lihatlah, ketika kembali ke kos, solat berjamaah tetap terlaksana. Setelah solat subuh membaca Surah Al Waqiah, setelah Magrib membaca surat-surat pendek, dan setelah Isya membaca Surah Al Mulk. Pada hari Kamis malam dan Jumat subuh membaca Surah Al Kahfi. Kajian rutin yang diwajibkan bagi seluruh penghuni.


Kami para perindu surga yang tak ingin meninggalkan dunia. Kami perindu surga yang harus mengkayakan diri demi diri kami, demi agama kami. Teringat kata-kata Umar bin Khattab ra, Islam sunguh agama yang kuat, jangan menundukkan dirimu di hadapan orang lain. Untuk menguatkan Islam, tentulah kami harus bisa menguasai dunia. Kami menguasai dengan ilmu dunia namun tidak melalikan ilmu akhirat. Semoga kami istiqomah berada di jalan dakwah.

Kamis, 08 Januari 2015

Sinopsis Film Assalamualaikum Beijing

Akhirnya ujian akhir semester (UAS) "sementara" sudah berakhir. Rasanya legaaaaa banget! Hampir sebulan cuma pegang buku, tumpukan jurnal dan android hehehe :p kan butuh tanya dan diskusi sama temen, jadi android selalu dipegang deh #ngeles

Yap, selesai UAS, berbagai ajakan "berlibur" mulai berdatangan. Tapi aku memilih masuk ke sebuah bioskop di Plaza Ambarukmo, mengantri untuk mendapatkan tiga tiket untuk menonton film Assalamualaikum Beijing. Film yang diangkat dari novel Asma Nadia ini belakangan nongol di timeline FB. Jadi mupeng pengen lihat tapi masih terganjal jurnal yng aduhaaaiiiiii :o

Setelah makan mie aceh telur dadar yang super banyak di daerah Seturan, diiringi dengan gelak tawa yang berakhir dengan kekenyangan, lalu meluncurlah kami ke Plaza Ambarukmo. Tepat saat memesan tiket, pintu teater 2 sudah dibuka. Tapi kami masih belum menuntaskan kewajiban sebagai manusia kepada Rabb-nya, sholat dhuhur! Yup, dengan berbekal mulut, tanya sana tanya sini, kami bisa sampai di Roof Top Mosque dengan view yang cuantik! Gunung yang membiru diselimuti awan di sisi atasnya. Pemandangan indah yang menyejukkan. Semoga film yang tiketnya sudah ada di kantong juga tidak mengecewakan.



Selesai solat, kami kembali ke Studio XXI di lantai 3. Saat kami masuk, film sudah mulai diputar dengan adegan Asma yang dijemput Mas Ridwan. Belum tampak keindahan di film ini, wajarlah baru mulai. Tapi sejurus kemudian, mata takjub melihat keindahan negeri tirai bambu yang disajikan. Keindahan arsitektur, lekuk tulisan yang selalu membuat otakku menjadi keriting :p dan keindahan bahasa dari film ini. Cantik! Adegan demi adegan di China membuatku terbuai.

Seperti film yang sudah-sudah. diawali dengan adegan ringan dengan dialog yang mengundang tawa. Apalagi muka Desta yang berperan sebagai Mas Ridwan tampak kalem, dingin, tidak seperti biasanya yang ngocol abis. Mukanya aja bisa bikin ketawa, hehehe :D

Asma bertemu dengan lelaki China yang tampan di sebuah bus. Ditengah kebingungannya karena tak ada yang mengerti bahasa Inggris ketika dia menanyakan suatu tempat. Beruntung ada lelaki itu, Zhung Wen namanya. Oleh Zhung Wen, Asma dipanggil Ashima yang mengingatkannya pada dongeng cinta dari Tiongkok. Ashima adaah seorang gadis dari Yunan yang diharap secantik bunga dan bersinar bak logam mulia. Tapi sayang, Zhung Wen harus segera turun, dengan meninggalkan sebuah buku tentang Ashima kepada Asma.


Sebuah kalimat yang diluncurkan Mas Ridwan pada istrinya, Sekar saat Asma bercerita tentang Zhung Wen, lelaki China yang ditemuinya di bus, akan kuingat. "Lelaki itu agamanya dulu, romantis bisa menyusul." Bener juga sih, menjadi imam harus paham dulu agamanya, romantis itu bonus. Eh, fokus, kembali ke topik! :p

Perjalanan Asma di China tiba-tiba menjadi sedikit menyebalkan kala Dewa datang ke Beijing, menyusul Ra yang selalu ada di hatinya. Tak peduli Dewa sudah menikah dan istrinya sedang hamil tua (sayangnya di film tidak dijelaskan, jadi berasa ngambang. Tapi biarlah penonton menebak apa yang terjadi sebelumnya). Keberadaan Dewa cukup mengganggu, membuat kesal dengan sikapnya. Seperti Azhi, anak kepala desa yang masuk ke kisah cinta Ashima dan Ahei. Diberikan segala kilauan, namun hati Ashima bergeming. Lalu Ashima menghilang dari kehidupan Ahei, yang diceritakan bahwa Asma sakit APS (Antiphospholipid Syndrome) yang mengakibatkan dia stroke dan kembali ke Indonesia secara mendadak.

Zhungwen kehilangan Ashima-nya. sementara Asma berjuang melawan penyakit anehnya di Jakarta. Ditemani ibunda yang tegar, dia bangkit. Penyakit ini bisa mengakibatkan pembuluh tersumbat di mana saja, kapan saja. Bila di mata, akan mengakibatkan kebutaan, bila di otak berakibat stroke, bahkan keguguran berulang pada wanita. Asma berusaha bangkit dan menikmati penyakitnya. Kehadiran Sekar semakin menguatkannya.

Sampai suatu pagi, Asma didandani oleh Sekar. Saat itu Mas Ridwan akan tiba dari China. Heran hati Asma kenapa pula dia harus berdandan. Ternyata ada seorang lelaki yang datang bersama Mas Ridwan. Bahkan Dewa pun datang, mengatakan dia bercerai dengan Anita. Namun saatnya tidak pas. Asma tiba-tiba kehingan penglihatannya dan pingsan sesaat telah bertemu Zhung Wen.

Koma yang cukup panjang diceritakan, dan Zhung Wen selalu ada di samping Ashima-nya. Sementara Dewa, entah ke mana. Perjalanan cinta Zhung Wen yang telah masuk Islam ini semakin berliku. Asma yang telah bangun dari tidur panjangnya, kehilangan kemampuan berbicara. Lalu adegan romantis saat Zhung Wen meminta Asma menikahinya dan membawa ke China.

Film ini apik sekali! Bisa membuat emosi saat menontonnya menjadi teraduk. Walau banyak yang tak sama dengan isi novel aslinya, film ini tidak mengurangi keindahan yang diciptakan. Bahkan menurutku, versi film lebih indah daripada yang tertuang di novel.

Overall, saya harus berterima kasih pada Bunda Asma Nadia yang membuat novel dan menjadikannya film yang menyentuh. Penuh nilai-nilai yang bisa dipetik. Bahkan ada petuah yang tersisip, terutama dalam memilih lelaki untuk menjadi imam di rumah tangga kelak. Ditambah dengan pemain keren dan setting yang luar biasa indah.