Akhirnya ujian akhir semester (UAS) "sementara" sudah berakhir. Rasanya legaaaaa banget! Hampir sebulan cuma pegang buku, tumpukan jurnal dan android hehehe :p kan butuh tanya dan diskusi sama temen, jadi android selalu dipegang deh #ngeles
Yap, selesai UAS, berbagai ajakan "berlibur" mulai berdatangan. Tapi aku memilih masuk ke sebuah bioskop di Plaza Ambarukmo, mengantri untuk mendapatkan tiga tiket untuk menonton film Assalamualaikum Beijing. Film yang diangkat dari novel Asma Nadia ini belakangan nongol di timeline FB. Jadi mupeng pengen lihat tapi masih terganjal jurnal yng aduhaaaiiiiii :o
Setelah makan mie aceh telur dadar yang super banyak di daerah Seturan, diiringi dengan gelak tawa yang berakhir dengan kekenyangan, lalu meluncurlah kami ke Plaza Ambarukmo. Tepat saat memesan tiket, pintu teater 2 sudah dibuka. Tapi kami masih belum menuntaskan kewajiban sebagai manusia kepada Rabb-nya, sholat dhuhur! Yup, dengan berbekal mulut, tanya sana tanya sini, kami bisa sampai di Roof Top Mosque dengan view yang cuantik! Gunung yang membiru diselimuti awan di sisi atasnya. Pemandangan indah yang menyejukkan. Semoga film yang tiketnya sudah ada di kantong juga tidak mengecewakan.
Selesai solat, kami kembali ke Studio XXI di lantai 3. Saat kami masuk, film sudah mulai diputar dengan adegan Asma yang dijemput Mas Ridwan. Belum tampak keindahan di film ini, wajarlah baru mulai. Tapi sejurus kemudian, mata takjub melihat keindahan negeri tirai bambu yang disajikan. Keindahan arsitektur, lekuk tulisan yang selalu membuat otakku menjadi keriting :p dan keindahan bahasa dari film ini. Cantik! Adegan demi adegan di China membuatku terbuai.
Seperti film yang sudah-sudah. diawali dengan adegan ringan dengan dialog yang mengundang tawa. Apalagi muka Desta yang berperan sebagai Mas Ridwan tampak kalem, dingin, tidak seperti biasanya yang ngocol abis. Mukanya aja bisa bikin ketawa, hehehe :D
Asma bertemu dengan lelaki China yang tampan di sebuah bus. Ditengah kebingungannya karena tak ada yang mengerti bahasa Inggris ketika dia menanyakan suatu tempat. Beruntung ada lelaki itu, Zhung Wen namanya. Oleh Zhung Wen, Asma dipanggil Ashima yang mengingatkannya pada dongeng cinta dari Tiongkok. Ashima adaah seorang gadis dari Yunan yang diharap secantik bunga dan bersinar bak logam mulia. Tapi sayang, Zhung Wen harus segera turun, dengan meninggalkan sebuah buku tentang Ashima kepada Asma.
Sebuah kalimat yang diluncurkan Mas Ridwan pada istrinya, Sekar saat Asma bercerita tentang Zhung Wen, lelaki China yang ditemuinya di bus, akan kuingat. "Lelaki itu agamanya dulu, romantis bisa menyusul." Bener juga sih, menjadi imam harus paham dulu agamanya, romantis itu bonus. Eh, fokus, kembali ke topik! :p
Perjalanan Asma di China tiba-tiba menjadi sedikit menyebalkan kala Dewa datang ke Beijing, menyusul Ra yang selalu ada di hatinya. Tak peduli Dewa sudah menikah dan istrinya sedang hamil tua (sayangnya di film tidak dijelaskan, jadi berasa ngambang. Tapi biarlah penonton menebak apa yang terjadi sebelumnya). Keberadaan Dewa cukup mengganggu, membuat kesal dengan sikapnya. Seperti Azhi, anak kepala desa yang masuk ke kisah cinta Ashima dan Ahei. Diberikan segala kilauan, namun hati Ashima bergeming. Lalu Ashima menghilang dari kehidupan Ahei, yang diceritakan bahwa Asma sakit APS (Antiphospholipid Syndrome) yang mengakibatkan dia stroke dan kembali ke Indonesia secara mendadak.
Zhungwen kehilangan Ashima-nya. sementara Asma berjuang melawan penyakit anehnya di Jakarta. Ditemani ibunda yang tegar, dia bangkit. Penyakit ini bisa mengakibatkan pembuluh tersumbat di mana saja, kapan saja. Bila di mata, akan mengakibatkan kebutaan, bila di otak berakibat stroke, bahkan keguguran berulang pada wanita. Asma berusaha bangkit dan menikmati penyakitnya. Kehadiran Sekar semakin menguatkannya.
Sampai suatu pagi, Asma didandani oleh Sekar. Saat itu Mas Ridwan akan tiba dari China. Heran hati Asma kenapa pula dia harus berdandan. Ternyata ada seorang lelaki yang datang bersama Mas Ridwan. Bahkan Dewa pun datang, mengatakan dia bercerai dengan Anita. Namun saatnya tidak pas. Asma tiba-tiba kehingan penglihatannya dan pingsan sesaat telah bertemu Zhung Wen.
Koma yang cukup panjang diceritakan, dan Zhung Wen selalu ada di samping Ashima-nya. Sementara Dewa, entah ke mana. Perjalanan cinta Zhung Wen yang telah masuk Islam ini semakin berliku. Asma yang telah bangun dari tidur panjangnya, kehilangan kemampuan berbicara. Lalu adegan romantis saat Zhung Wen meminta Asma menikahinya dan membawa ke China.
Film ini apik sekali! Bisa membuat emosi saat menontonnya menjadi teraduk. Walau banyak yang tak sama dengan isi novel aslinya, film ini tidak mengurangi keindahan yang diciptakan. Bahkan menurutku, versi film lebih indah daripada yang tertuang di novel.
Overall, saya harus berterima kasih pada Bunda Asma Nadia yang membuat novel dan menjadikannya film yang menyentuh. Penuh nilai-nilai yang bisa dipetik. Bahkan ada petuah yang tersisip, terutama dalam memilih lelaki untuk menjadi imam di rumah tangga kelak. Ditambah dengan pemain keren dan setting yang luar biasa indah.


