Sabtu, 04 Juli 2015

Bangun Peradaban dari Rumah

Resume dialog kebangkitan @Maskam UGM

Bila kita mengingat kata kebangitan, pasti yang pertama kita bayangkan adalah revolusi industri di Inggris sekitar abad ke-16. Pada saat itu, memulai bangkitnya Eropa dari bangsa yang tidak berperadaban menjadi cerlang cemerlang. Ternyata, kebangkitan Eropa didasari adanya semangat keagamaan, yang berawal dari kebangkitan protestan atas katolik.

Sebelum itu, umat Islam telah mengalami kejayaan yang gemilang namun tidak diberitakan. Dihilangkan dari sejarah dan dikatakan sebagai masa kelam. Teknologi, materi, telah berkembang pesat. Hingga saat terjadinya Perang Salib, umat Islam diperangi dan dibunuh dengan keji namun seruan jihad ditolak oleh mereka sendiri, saat itulah teknologi-teknologi dibawa ke Eropa.

Dari cerita di atas, maka kita tarik garis bahwa suatu peradaban dapat bangkit apabila memiliki ruh keagamaan yang memiliki orientasi akhirat. Apabila ada keinginan untuk menggapai akhirat, maka peradaban akan mengikutinya. Namun tentu tak hanya ruh keagamaan yang dibutuhkan, namun juga daya dukung material yang berarti ekonominya harus baik, terutama dari para pengusaha. Setelah kedua hal tersebut dimiliki, maka suatu bangsa akan meniptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membentuk suatu peradaban.

Bila suatu bangsa ingin bangkit dari keterpurukan, maka ada tiga unsur yang harus diperhatikan:
1.       Manusia
Manusia dari bangsa yang ingin bangkit haruslah manusia-manusia yang sehat, yang memiliki orientasi pada cita-cita dan ideologi. Bila manusia-manusia dalam suatu masyarakat mempertimbangkan penokohan, maka mereka sakit. Dan masyarakat akan mati apabila manusia yang hidup di dalamnya berorientasi pada materi. Bila diperhatikan, keruntuhan suatu peradaban selalu dimulai dengan adanya penokohan terhadap satu sosok yang menonjol, lalu mendewakan materi. Begitu pula yang terjadi pada saat keruntuhan Islam.
2.       Tanah/materi
Peradaban membutuhkan materi yang tidak sedikit. Peradaban Islam bisa berkembang karena turun pada sebuah bangsa yang senang berdagang, berwirausaha. Dengan berdagang/ berwirausaha, materi yang didapatkan akan menyokong lahirnya sebuah peradaban.
3.       Waktu
Kebangkitan seringkali membutuhkan waktu yang cukup panjang, tidak didapatkan secara instan.

Kebangkitan umat Islam dimulai dengan kebangkitan muslimah (tapi para lelaki muslim juga harus bangkit untuk penyelaras). Jangan lupakan bahwa seorang muslimah adalah madrasah pertama bagi anak-anak, yang kelak akan meneruskan perjuangan dakwah. Jadikan seluruh aktivitas kehidupan dalam rangka membangkitkan umat sesuai yang Allah takdirkan. Muslimah menjadi tonggak kebangkitan karena biasanya pada lelaki telah disibukkan dan dilelahkan dengan urusan pencarian nafkah. Maka jadikanlah pilar-pilar kebangkitan berasal dari rumah.

Seperti yang telah kita pahami bahwa perempuan afdolnya berada di rumah, menjadi madrasah bagi anak-anaknya. Sedangkan lelaki menjadi kepala madrasah, yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Umumnya yang terjadi pada perempuan berpendidikan tinggi, lebih memilih berkarir di luar rumah, mendidik anak orang bukan anaknya sendiri. Sang anak dititipkan kepada orang lain yang memiliki pendidikan lebih rendah.

Untuk menjadi muslimah yang ikut membangun peradaban, maka diperlukan seorang imam yang kuat. Seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi tentang peradaban. Memulai perubahan dari diri sendiri dan keluarganya.

Jadilah seorang muslimah yang berakhlak baik, yang menghargai diri sendiri dan profesional. Anak akan mencontoh orang-orang terdekatnya. Jangan sampai anak mencontoh hal-hal buruk dari diri ibunya, karena ibu adalah sosok terdekat bagi anak.

Problema masa kini adalah anak-anak tidak dibiarkan memilih ketika kecil. Hingga lulus kuliah masih belum menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri. Belum menemukan dirinya ingin seperti apa. Orang yang belum selesai dengan diri sendiri maka tidak akan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan membebani, dan akan memacetkan perkembangan peradaban.

Biarkan anak memilih sendiri apa yang diinginkan. Berikan beberapa pilihan pada mereka. Dengan terbiasa memilih sejak kecil, mereka akan terlatih untuk menjadi leader. Manusia yang akan membangun peradaban adalah mereka yang terbiasa memilih dalam hidupya. Because leader is one who choose the way, knows the way and goes the way. Jangan menjadi orangtua yang merasa paling tahu, tapi jadilah fasilitator keinginan anak.

Mendidik suatu generasi untuk menghasilkan peradaban yang maju bukan dimulai ketika telah lulus kuliah, melainkan sejak di dalam kandungan. Sudah terlambat bila mendidik ketika sudah lulus kuliah. Namun, bila saat ini kita terlambat, maka putuskan rantai keterlambatan tersebut. Lahirkan generasi-generasi baru yang lebih berkualitas dari diri kita. Tega dan keras pada diri sendiri dan anak, maka lingkungan akan menjadi lunak


BERUBAH ATAU KALAH!!!

Jogja, 5 Juli 2014

2 komentar:

  1. Peer besar ya buat para muslimah. Tfs Fikom.

    BalasHapus
  2. iya mbak. semoga bisa menjadi muslimah yang sholehah, ibu yang baik bagi anak-anak sehingga bisa jadi tonggak peradaban kelak. :)

    BalasHapus