Resume dialog kebangkitan @Maskam UGM
Bila kita mengingat kata kebangitan, pasti yang pertama kita
bayangkan adalah revolusi industri di Inggris sekitar abad ke-16. Pada saat
itu, memulai bangkitnya Eropa dari bangsa yang tidak berperadaban menjadi
cerlang cemerlang. Ternyata, kebangkitan Eropa didasari adanya semangat
keagamaan, yang berawal dari kebangkitan protestan atas katolik.
Sebelum itu, umat Islam telah mengalami kejayaan yang
gemilang namun tidak diberitakan. Dihilangkan dari sejarah dan dikatakan
sebagai masa kelam. Teknologi, materi, telah berkembang pesat. Hingga saat
terjadinya Perang Salib, umat Islam diperangi dan dibunuh dengan keji namun
seruan jihad ditolak oleh mereka sendiri, saat itulah teknologi-teknologi
dibawa ke Eropa.
Dari cerita di atas, maka kita tarik garis bahwa suatu
peradaban dapat bangkit apabila memiliki ruh keagamaan yang memiliki orientasi
akhirat. Apabila ada keinginan untuk menggapai akhirat, maka peradaban akan
mengikutinya. Namun tentu tak hanya ruh keagamaan yang dibutuhkan, namun juga
daya dukung material yang berarti ekonominya harus baik, terutama dari para
pengusaha. Setelah kedua hal tersebut dimiliki, maka suatu bangsa akan
meniptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membentuk suatu peradaban.
Bila suatu bangsa ingin bangkit dari keterpurukan, maka ada
tiga unsur yang harus diperhatikan:
1.
Manusia
Manusia dari bangsa yang ingin bangkit
haruslah manusia-manusia yang sehat, yang memiliki orientasi pada cita-cita dan
ideologi. Bila manusia-manusia dalam suatu masyarakat mempertimbangkan
penokohan, maka mereka sakit. Dan masyarakat akan mati apabila manusia yang
hidup di dalamnya berorientasi pada materi. Bila diperhatikan, keruntuhan suatu
peradaban selalu dimulai dengan adanya penokohan terhadap satu sosok yang
menonjol, lalu mendewakan materi. Begitu pula yang terjadi pada saat keruntuhan
Islam.
2.
Tanah/materi
Peradaban membutuhkan materi yang tidak
sedikit. Peradaban Islam bisa berkembang karena turun pada sebuah bangsa yang
senang berdagang, berwirausaha. Dengan berdagang/ berwirausaha, materi yang
didapatkan akan menyokong lahirnya sebuah peradaban.
3.
Waktu
Kebangkitan seringkali membutuhkan waktu yang
cukup panjang, tidak didapatkan secara instan.
Kebangkitan
umat Islam dimulai dengan kebangkitan muslimah (tapi para lelaki muslim juga
harus bangkit untuk penyelaras). Jangan lupakan bahwa seorang muslimah adalah
madrasah pertama bagi anak-anak, yang kelak akan meneruskan perjuangan dakwah. Jadikan
seluruh aktivitas kehidupan dalam rangka membangkitkan umat sesuai yang Allah
takdirkan. Muslimah menjadi tonggak kebangkitan karena biasanya pada lelaki
telah disibukkan dan dilelahkan dengan urusan pencarian nafkah. Maka jadikanlah
pilar-pilar kebangkitan berasal dari rumah.
Seperti
yang telah kita pahami bahwa perempuan afdolnya berada di rumah, menjadi
madrasah bagi anak-anaknya. Sedangkan lelaki menjadi kepala madrasah, yang
kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Umumnya yang terjadi pada perempuan
berpendidikan tinggi, lebih memilih berkarir di luar rumah, mendidik anak orang
bukan anaknya sendiri. Sang anak dititipkan kepada orang lain yang memiliki
pendidikan lebih rendah.
Untuk
menjadi muslimah yang ikut membangun peradaban, maka diperlukan seorang imam
yang kuat. Seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi tentang peradaban. Memulai
perubahan dari diri sendiri dan keluarganya.
Jadilah
seorang muslimah yang berakhlak baik, yang menghargai diri sendiri dan
profesional. Anak akan mencontoh orang-orang terdekatnya. Jangan sampai anak
mencontoh hal-hal buruk dari diri ibunya, karena ibu adalah sosok terdekat bagi
anak.
Problema
masa kini adalah anak-anak tidak dibiarkan memilih ketika kecil. Hingga lulus
kuliah masih belum menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri. Belum menemukan
dirinya ingin seperti apa. Orang yang belum selesai dengan diri sendiri maka
tidak akan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan membebani,
dan akan memacetkan perkembangan peradaban.
Biarkan
anak memilih sendiri apa yang diinginkan. Berikan beberapa pilihan pada mereka.
Dengan terbiasa memilih sejak kecil, mereka akan terlatih untuk menjadi leader.
Manusia yang akan membangun peradaban adalah mereka yang terbiasa memilih dalam
hidupya. Because leader is one who choose
the way, knows the way and goes the way. Jangan menjadi orangtua yang
merasa paling tahu, tapi jadilah fasilitator keinginan anak.
Mendidik
suatu generasi untuk menghasilkan peradaban yang maju bukan dimulai ketika telah
lulus kuliah, melainkan sejak di dalam kandungan. Sudah terlambat bila mendidik
ketika sudah lulus kuliah. Namun, bila saat ini kita terlambat, maka putuskan
rantai keterlambatan tersebut. Lahirkan generasi-generasi baru yang lebih
berkualitas dari diri kita. Tega dan keras pada diri sendiri dan anak, maka
lingkungan akan menjadi lunak
BERUBAH
ATAU KALAH!!!
Jogja, 5 Juli 2014
Peer besar ya buat para muslimah. Tfs Fikom.
BalasHapusiya mbak. semoga bisa menjadi muslimah yang sholehah, ibu yang baik bagi anak-anak sehingga bisa jadi tonggak peradaban kelak. :)
BalasHapus