Kamis, 13 November 2014
Keluarga Terpisah Pulau
Aku Ingin Bapak, Bukan Suara Bapak!
“Emoh! Adek gak mau ngomong sama Bapak!” teriakku keras, berusaha mengusir Mbak Galuh.
Selasa, 11 November 2014
Perokok Keren?
Minggu, 02 November 2014
Master Gila
Selasa, 15 April 2014
Jagung Manis
Minggu, 13 April 2014
Apa Yang Kau Jual
Sore ini selepas dari sebuah acara, saya lapar. Mampirlah saya ke warung mie ayam. Yang dijual seperti biasa, mie ayam, beraneka bakso, pangsit, dan aneka minuman. Dijualnya pun di punggir jalan. Biasa saja.Tapi luar biasa, mobil berderet penuh hendak parkir. Apa yang dijual sampai yang datang sedikit berbeda.Usut punya usut, ada nuansa berbeda yang ikut dijual di warung ini. Musik zaman dulu, rumah tua, lukisan tua yang entah asli atau palsu, dan bangkunya pun nyaman meski hanya bangku kayu. Cukup terpesona saya.Seketika ada pramusaji menghampiri, menawarkan berbagai menu yang biasa. Ku lihat daftar menunya biasa, tidak dihias apapun. Harganya masih wajar lah. Tapi ketika sang pramusaji membacakan pesanan kami , aku kembali takjub. Apa pasal? Si pramusaji membaca menu dalam bahasa jawa krama. Tidak aneh jika aku di Jogja atau Solo, tapi ini Surabaya! Hal yang jarang kutemui. Kupandangi pramusaji itu. Tak aneh, hanya bercelana, berkaos hijau dan tutup kepala seperti blangkon.Ok, aku sudah cukup terpesona dengan suasana. Apa rasanya mempesonaku?Akhirnya tibalah pesanan kami. Mie ayam bakso dan jeruk hangat. Sekali lagi, biasa! Yang aku sedih, porsinya lebih sedikit dari mie ayam yang biasa ku beli. Rasanya standar. Rasa daging pada bakso tidak begitu terasa. Banyak tepungnya.Di sini aku mengingat kuliahku dulu, mata kuliah industri jasa boga. Mengingat dulu harus merancang sebuah rumah makan. Mulai konsep tata ruang, daftar menu, dan suasana. Di mana rumah makannya, terjangkaukah? Daftar menu yang cantik dengan gambar yang memudahkan pemilihan menu. Lalu suasana apakah kekeluargaan, berjiwa muda, atau yang lain.Ketika rasa enak didukung dengan suasana dan tata letak yang apik, katanya biaya mahal pun tak jadi soal bagi pengunjung. Tak jarang, rasa biasa tapi suasana menyenangkan walau harga mahal tapi masih ramai dikunjungi. Rasa uenak tapi tempat standar dengan harga murah, saya rela sering mengunjungi.Jadi, di rumah makan mau menjual makanan atau suasana? Apa yang kau pilih?
Rabu, 02 April 2014
Ragam Bahasa Jawa
Sabtu, 29 Maret 2014
Pare
Cara menghilangkan rasa pahit pare sebetulnya gampang. Remas-remas dengan garam aja. Tapi harus hati-hati, kalo gak bener nyucinya, malah timbul masalah baru. Parenya bisa asin banget ntar. Pernah kejadian waktu pertama kali aku masak tumis pare. Saking banyaknya garam, sampe si pare lebih pahit. Hehe
Pas mau masak ke-2 aku tanya ibuku. Katanya bisa juga pakai air hangat. Akhirnya ku coba. Tapi karena ragu, aku campur dua metode. Pertama aku remas dulu pare dengan garam. Waktu itu 2 buah pare dicampur 1 sendok makan garam, terus diremas dan dicuci. Terus aku rendem pare yang sudah ku remas ke air hangat yang sudah aku bubuhi garam. Katanya kalau sayuran yang warnanya hijau kalau dipanaskan bisa hilang warna hijaunya, kecuali kalau diberi garam. Tanpa ilmu sih ini, hehehe :p . Aku rendam sekitar 15-20 menit, terus disaring.
Sudah prepare pare, aku prepare buat dimasak dong ya.. Aku mau masak tumis aja lah ya.. Soalnya aku juga belum pinter masak. Hehehe
Karena keluargaku suka yang praktis and mencegah bumbu-bumbu cepet busuk, akhirnya diblender trus ditumis. Kalau mau pake ya tinggal disendokin aja. Aku siapin lah duo bawang, cabe, tomat (sudah diblender semua), ikan teri, dan jamur.
Ok, semua bahan siap, tinggal dimasak :D
Mulai dari duo bawang aku cemplungin ke wajan yang sudah diminyakin. Gak usah lama-lama, kan sudah mateng. Langsung masuk jamur, ditunggu sampai jamurnya layu dan aroma langunya hilang. Untuk menghindari gosong, aku tuang air dikiiiiittttt ajah. Terus pare, ikan teri, cabe dan tomat masuk. Tunggu sampe masak. Tumis pare tersedia :D
Pare pahit gitu apa sih untungnya buat kita? Pasti itu yang ada di pikiran kalian. Hasil googling, aku dapat kabar kalo pare bisa menurunkan kadar gula dalam darah alias bisa bermanfaat banget ni buat diabetes. Karena salah satu kandungan pare merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin yang bisa nurunin kadar gula dalam darah. Tapi, biarpun berkhasiat, jangan makan pare berlebihan ya.. Segala yang berlebihan pasti kurang baik.
Ok, sampai sini dulu berbagi pengalamanku di dapur. Tunggu cerita dapur selanjutnya ya :D
Ledek Bayar
menurut saya, itu untuk hukuman.
Wanita Hebat
Rabu, 26 Maret 2014
Perkedel tahu pertamaku
Kemarin ibuku membeli tahu. Padahal di kulkas masih ada tahu mentah dan tahu goreng yang belum habis. Mungkin dah pada bosen makan tahu goreng biasa. Yang masak juga bosen sih...
Karena si tahu gampang basi, akhirnya aku browsing pengolahan tahu yang lumayan enak tapi gampang. Kan aku sendiri juga baru latihan masak. Akhirnya aku nemu resep perkedel tahu
Bahannya gampang, cuma tahu yang sudah dihaluskan, daun bawang, duo bawang yang sudah diuleg, garam, lada, telur satu butir, n terigu.
Lihat di dapur ada semua bahan aku memberanikan diri bikin masakan ini. Campur semua bahan, diulen, dibentuk kasar trus digoreng. Simpel.
Eit, tapi bisa dibilang aku musuhan sama gorengan. Kenapa? Minyaknya itu lho suka muncrat :( tapi aku beranikanlah..
Daaaannnn taraaaa jadi deh perkedel tahu pertamaku. Belum pas sih bumbunya.. masih lumayan hambar. Tapi lumayan lah untuk sesuatu yang pertama. Hehe
Nyum.. lapar nih jadinya. Mari makaaaannnn :D