Kamis, 08 September 2016

Bleng, Bahan Kimia Mirip Boraks yang Berbahaya Bagi Tubuh


Bleng (natrium biborat, batrium piroborat, natrium tetraborat) merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Bahan kimia ini sering digunakan dalam pembuatan kerupuk, mie basah, bakso, dan lontong dengan tujuan menjadikan produk menjadi lebih kenyal, menambah rasa dan aroma, serta mengawetkan produk. Di Indonesia, bleng sudah diproduksi sejak tahun 1700 dalam bentuk air bleng. Biasanya air bleng didapatkan dari ladang garam dan kawah lumpur. Boraks merupakan bahan baku pembuatan detergen dan antiseptic. Sehingga tidak boleh dipergunakan dalam produksi makanan karena sifatnya yang berbahaya. Konsumsi bleng atau boraks dapat mengakibatkan kerusakan ginjal atau bahkan kematian.

Namun dalam prakteknya, masyarakat Indonesia masih sering menggunakan bleng atau boraks dalam campuran pembuatan makanan, walaupun sudah banyak himbauan untuk tidak menggunakannya. Boraks akan sangat berbahaya apabila terhirup, mengenai mata, mengenai kulit atau tertelan. Akibat yang dapat muncul antara lain iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit dan mata, mual, sakit kepala, dan nyeri hebat pada perut bagian atas. Bila boraks dikonsumsi dalam jangka panjang, maka akan menimbulkan kerusakan ginjal, kegagalan system sirkulasi akut, bahkan kematian. Konsumsi boraks 5 hingga 10 gram pada anak-anak akan mengakibatkan shock dan kematian. Oleh karenanya Keberadaan boraks pada makanan tidak ditoleransi (tidak boleh ada dalam kadar berapapun) karena sangat berbahaya bagi kesehatan dan dilarang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Penggunaan bleng dalam makanan bertujuan untuk memberikan aroma dan rasa khas di samping mengenyalkan dan membuat adonan mengembang. Tekstur dan rupa makanan menjadi bagus. Bleng membuat kerupuk gendar/karak/puli mekar saat digoreng dan terasa renyah. Zat ini juga berperan sebagai  pengawet dan pengeras.

Sesungguhnya ada bahan lain yang bisa digunakan sebagai pengganti boraks, seperti air abu. Air abu didapatkan dari merang (batang padi) atau klaras (daun pisang kering) yang dibakar hingga menjadi abu. Kemudian abu direndam dalam air bersih selama 2 – 3 hari. Air rendaman abu dapat digunakan sebagai bahan pengenyal dan pengawet menggantikan bleng/boraks.

Selain air abu, ada pula rumput laut sebagai pengganti bleng/boraks. Rumput laut dicuci bersih dan dipotong kecil-kecil. Kemudian direbus dengan sedikit air selama 20 menit dan didinginkan. Setelah dingin, rumput laut diblender hingga terbentuk bubur dan siap digunakan.

Bahan lain yang juga aman digunakan adalah air kapur sirih dan STPP (sodium tripoliphosphate). Penggunaan STPP memiliki beberapa kelebihan dibanding bleng. Selain aman dikonsumsi, harganya pun lebih murah. Hanya butuh sedikit STPP untuk membuat adonan mengembang dan kenyal agar makanan lebih renyah dan enak. Namun STPP kurang baik bila dipergunakan dalam pembuatan kerupuk karena kerupuk menjadi susah dipotong.


*Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar