Bleng (natrium
biborat, batrium piroborat, natrium tetraborat) merupakan bentuk tidak
murni dari boraks. Bahan kimia ini sering digunakan dalam pembuatan kerupuk,
mie basah, bakso, dan lontong dengan tujuan menjadikan produk menjadi lebih
kenyal, menambah rasa dan aroma, serta mengawetkan produk. Di Indonesia, bleng
sudah diproduksi sejak tahun 1700 dalam bentuk air bleng. Biasanya air bleng
didapatkan dari ladang garam dan kawah lumpur. Boraks merupakan bahan baku
pembuatan detergen dan antiseptic. Sehingga tidak boleh dipergunakan dalam
produksi makanan karena sifatnya yang berbahaya. Konsumsi bleng atau boraks dapat
mengakibatkan kerusakan ginjal atau bahkan kematian.
Namun dalam prakteknya, masyarakat Indonesia masih
sering menggunakan bleng atau boraks dalam campuran pembuatan makanan, walaupun
sudah banyak himbauan untuk tidak menggunakannya. Boraks akan sangat berbahaya
apabila terhirup, mengenai mata, mengenai kulit atau tertelan. Akibat yang
dapat muncul antara lain iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit dan mata,
mual, sakit kepala, dan nyeri hebat pada perut bagian atas. Bila boraks
dikonsumsi dalam jangka panjang, maka akan menimbulkan kerusakan ginjal,
kegagalan system sirkulasi akut, bahkan kematian. Konsumsi boraks 5 hingga 10
gram pada anak-anak akan mengakibatkan shock
dan kematian. Oleh karenanya Keberadaan
boraks pada makanan tidak ditoleransi (tidak boleh ada dalam kadar berapapun)
karena sangat berbahaya bagi kesehatan dan dilarang oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Penggunaan bleng dalam makanan bertujuan untuk memberikan
aroma dan rasa khas di samping mengenyalkan dan membuat adonan mengembang.
Tekstur dan rupa makanan menjadi bagus. Bleng membuat kerupuk gendar/karak/puli
mekar saat digoreng dan terasa renyah. Zat ini juga berperan sebagai pengawet dan pengeras.
Sesungguhnya
ada bahan lain yang bisa digunakan sebagai pengganti boraks, seperti air abu. Air
abu didapatkan dari merang (batang padi) atau klaras (daun pisang kering) yang
dibakar hingga menjadi abu. Kemudian abu direndam dalam air bersih selama 2 – 3
hari. Air rendaman abu dapat digunakan sebagai bahan pengenyal dan pengawet
menggantikan bleng/boraks.
Selain air
abu, ada pula rumput laut sebagai pengganti bleng/boraks. Rumput laut dicuci
bersih dan dipotong kecil-kecil. Kemudian direbus dengan sedikit air selama 20 menit
dan didinginkan. Setelah dingin, rumput laut diblender hingga terbentuk bubur
dan siap digunakan.
Bahan lain yang juga aman digunakan adalah air kapur
sirih dan STPP (sodium tripoliphosphate). Penggunaan STPP memiliki beberapa
kelebihan dibanding bleng. Selain aman dikonsumsi, harganya pun lebih murah.
Hanya butuh sedikit STPP untuk membuat adonan mengembang dan kenyal agar
makanan lebih renyah dan enak. Namun STPP kurang baik bila dipergunakan dalam
pembuatan kerupuk karena kerupuk menjadi susah dipotong.
*Dari
berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar