Selasa, 31 Mei 2011

sebuah sore yang membuka mata

sore ini seperti biasa, aku pulang dari kampus menjelang magrib. Yah, sedikit lebih awal memang karena berhasil melobi co-ass untuk mengijinkan aku pulang (beneran sakit neh). Dan seperti biasa juga aku sudah duduk di atas Kity, motor merah kesayangan.

Sebelum pulang, tadi aku sudah berjanji pulang bareng mbak kamil, ketemu di depan fakultas. Di Argobudoyo, seperti biasa di sore hari, ada aja yang menjadikannya objek foto. Jadilah model-model dadakan terbentuk di tempat itu. Lalu aku berhenti tepat di depan fakultas, dengan niatan menunggu jeng Kamil. Eh, tiba-tiba ada anak kecil berbaju putih dengan umur sekitar 3-4 tahun memanggilku. Dengan enak sekali dia menyuruhku mendatanginya dan memanggil seorang ibu tak jauh darinya. Si ibu membawa papan kayu panjang yang sepertinya berat bila dibawa sambil berjalan. Si anak dengan cerianya teriak, aku mau mengantar mereka. Aku cuma senyam-senyum antara bingung atau entah lah. Campur aduk rasanya.

Si ibu datang tergopoh dengan maksud mennghalau si anak tadi. Tapi, mana tegalah aku... Ya sudah aja, aku iyakan walaupun tujuan jelas berbeda. Tapi tak apa lah, sekali-sekali mengantarkan ke depan dulu baru ke belakang. Toh bensin masih banyak ini.

Di tengah jalan, si ibu bercerita bahwa dia dan si anak baru saja dari RSJ (lokasinya di dekat kos ku, di belakang kampus), si ibunya anak tadi dirawat di sana. Subhanallah mereka berjalan sejauh itu. Aku yang sering tanpa beban saja akan berpikir berulang-ulang untuk jalan dari kos ke depan kampus. Mereka mengejar bis ke Sukoharjo, dan memang sudah hampir habis trayek bis yang menuju Sukoharjo. Begitu sampai di depan kampus, si ibu terus berterimakasih padaku. Terharu. Aku tak memberikan banyak, hanya tumpangan saja, mereka mendoakan sungguh indah di dengar (semoga doanya diijabahi ya bu, Amin.)

Dari pengalaman ini, aku belajar untuk lebih peka. Mungkin selama ini aku angkuh dan acuh, padahal masih banyak yang membutuhkan uluran tangan. Buka hati, buka mata, genggamlah tangan saudara terdekat karena mereka sering terlupa meskipun mereka terlihat

Surakarta, 31 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar